Hormat dari Anak Warnet 2000-an untuk Avenged Sevenfold

Hormat dari Anak Warnet 2000-an untuk Avenged Sevenfold

Setelah sembilan tahun, Avenged Sevenfold kembali datang ke Indonesia lewat konser tur Life Is but A Dream – The Only Stop in Asia yang digelar di Stadion Madya Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu (25/5) malam.

Kedatangan M Shadows cs ke Jakarta ini terbilang mengejutkan lantaran satu-satunya pemberhentian Avenged Sevenfold di Asia. Alasannya bila menurut sang vokalis M Shadows adalah, Jakarta jadi kota dengan fanbase A7X terbesar di dunia.

Alasan itu pula yang mungkin membuat konser Avenged Sevenfold di Jakarta agak terasa berbeda dibanding yang lain. Kesan nostalgia hingga reuni sangat kental dalam pertunjukan 120 menit band heavy metal ini.

Bahkan, rasa berbeda itu sudah terasa sejak beberapa bulan sebelumnya. M Shadows aktif banget berbincang dengan penggemar di Discord sampai bertanya lagu apa yang diinginkan penggemar untuk dibawakan oleh A7X.

Jujur saja, sebagai penggemar mereka sejak SD, segala euforia itu membuat ekspektasi saya membumbung tinggi soal konser ini. Terutama, lagu-lagu lama mana yang akan mereka bawakan.

Ketika sudah di lokasi, aura penggemar musik metal kental terasa dari pakaian serba gelap mereka yang memenuhi area Stadion Madya. Meski berstatus “anak-anak metal”, saya terkesan dengan betapa tertibnya para penggemar dalam mengantre, mulai di photobooth, makan dan minum, antre masuk gerbang, hingga hendak salat Magrib.

Killing Me Inside: Re:Union dan The Used tampil sebagai pembuka secara berurut dimulai pukul 17.00 WIB hingga sekitar 20.30 WIB.

Re:Union menampilkan lagu hit mereka, seperti Biarlah hingga Torment. Sedangkan The Used membawakan The Taste of Ink dan kejutan kover Smells Like Teen Spirit milik Nirvana.

Hingga jelang 20.40 WIB, gemuruh penggemar menantikan A7X menggelora di stadion tersebut. Gema makin kencang ketika M Shadows dan kawan-kawan muncul menggebrak dengan Game Over dan Mattel dari album Life Is But a Dream… (2023).

Dari penampilan dua lagu pertama, saya menyadari bahwa Avenged Sevenfold mengalami banyak sekali perubahan sejak saya pertama kali nge-fans sejak masih jadi bocah SD yang datang ke warung internet alias warnet.

Meski begitu, banyak juga yang masih sama dan membuat penonton bertahan, seperti harmonisasi duo gitaris A7X, Synyster Gates dan Zacky Vengeance saat membawakan lagu Afterlife.

“Hei, apa kabar kalian?” ucap M. Shadows usai Afterlife yang tentu disambut gemuruh fans.

Tak lupa, ia juga menyapa para penggemar A7X yang datang dari negara Asia lainnya ke Jakarta, seperti Jepang, Malaysia, Jepang, juga Taiwan.

Setelah itu, perpaduan gitar Synyster Gates dan drum Brooks Wackerman membuka lagu Hail to the King. Lagu ini jadi momentum penonton berkaraoke bersama, mengingat lagu ini jadi karya Avenged Sevenfold paling didengar di Spotify.

Selepas berkaraoke, A7X mulai mengejutkan penggemar dengan setlist yang spesial disusun untuk Indonesia. Lantunan Almost Easy membuat saya dan banyak orang kaget karena lagu ini tidak disangka oleh penggemar akan dibawa di setlist.

Salah satu yang bikin ‘pecah’ adalah saat band California itu membawakan Seize the Day untuk pertama kalinya sejak 2015, serta The Stage yang dinyanyikan secara live pertama kalinya untuk penggemar Indonesia.

Artikel Terkait :

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

mega4d

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

FOR4D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *