Tersipu ‘Rizz’ Bruno Mars yang Aduhai di Konser Jakarta

Tersipu 'Rizz' Bruno Mars yang Aduhai di Konser Jakarta

Konser Bruno Mars Live in Jakarta menjadi ajang pembuktian bahwa aura sang solois ternyata tak hanya terpancar dari tarikan suara atau lirik lagu, tetapi juga caranya menaklukkan hati penonton.

Ribuan penonton yang mendatangi Jakarta International Stadium (JIS), Rabu (11/9), menjadi ‘korban’ pertama bujuk rayu Bruno Mars. Konser itu berlalu dengan menghadirkan berbagai rasa, dari romantis, intim, hingga gegap gempita.

Perjalanan penuh keseruan itu dimulai saat tirai merah besar menutupi panggung sekitar pukul 20.15 WIB. Penonton yang sudah menanti sejak sore itu menjadi riuh karena semakin tak sabar menyaksikan aksi sang penyanyi.

Tonight, I just want to take you higher. Throw your hands up in the sky. Let’s set this party off right.”

Intro lagu 24K Magic dari suara talk box ikonis itu menggema dari arah panggung, pertanda pesta siap dimulai. Penonton langsung ikut bergemuruh, terutama ketika tirai merah raksasa tersingkap.

Bruno Mars muncul di atas panggung, memakai outfit tropical khas sang penyanyi belakangan ini. Sama seperti penampilan di berbagai tur lainnya, ia juga kembali ditemani band dan penyanyi latar The Hooligans.

Lagu 24K Magic dibawakan Bruno Mars bersama ketiga penyanyi latar dan pemain gitar, trompet, trombone, drum, keyboard, bass serta saksofon.

Mereka tampil di atas panggung yang, bagi saya, memiliki desain cukup sederhana untuk penyanyi sekelas Bruno Mars.

Panggung itu tidak memiliki extended stage dan hanya bermodal dua panel LED di kedua sisinya untuk menyorot momen-momen konser secara live.

Nuansa kemegahan tampaknya disajikan melalui hal lain, seperti puluhan lighting yang terpasang di berbagai sudut panggung. Kemudian, kembang api yang kerap menjadi bagian atraksi juga sudah disuguhkan sejak awal.

Namun, lebih dari itu, ratusan ribu pasang mata penonton pada akhirnya hanya tertuju ke arah panggung tempat Bruno Mars beraksi.

“Jakarta, aku di sini!”

Bruno Mars bergegas menyapa penonton dengan bahasa Indonesia setelah lagu pertama berakhir. Ia sukses menguasai panggung dan memanaskan antusiasme penonton sejak lagu pertama.

Penampilan itu berlanjut dengan lagu-lagu hit yang lain. Ia membawakan Treasure yang amat familier di telinga penonton, berlanjut ke Liquor Store Blues yang dipadukan dengan Billionaire.

Deretan lagu awal itu membuat saya langsung menyimpulkan bahwa pertunjukan ini dikemas dengan konsep yang begitu matang dan rapi.

Saya sempat mengira Bruno Mars adalah tipikal penyanyi yang banyak berimprovisasi dan aksi panggungnya cenderung bebas tak berpola. Namun, perkiraan saya itu ternyata keliru besar.

Lagu demi lagu itu ditampilkan memiliki tema dan konsep yang sedemikian rupa. Bruno Mars dengan The Hooligans juga mengikuti urutan itu secara patuh.

Sebut saja ketika lagu 24K Magic dan Finesse, ia beraksi dengan gaya funky yang dipenuhi energi. Koreografi tarian dan aksi panggung mereka lalu berubah ketika memasuki Liquor Store Blues dan Billionaire yang dikemas berbalut musik reggae.

Konsep matang itu juga terlihat terbukti ketika mereka menyiapkan gimik. Dalam edisi ini, Bruno Mars melontarkan gimik menelepon seorang kekasih yang dirindukan.

Ia tidak sembarang berucap karena sudah bersiap dengan rayuan berbahasa Indonesia. Bruno Mars mengucapkan satu ungkapan rindu yang diulang hingga beberapa kali.

I just called to tell you… Aku kangen kamu sayang,” ujar Bruno dengan nada merayu.

“Aku kangen kamu sayang, sayang, sayang. Aku kangen kamu sayang, sayang, sayang,” ucap Bruno Mars sambil berdendang.

Meminjam istilah Generasi Alfa, momen ini jadi bukti bahwa Bruno Mars mempunyai ‘rizz’ alias karisma yang kuat hingga mampu memikat sekaligus merayu seseorang.

Sebab, dari kursi tribun, saya bisa melihat orang-orang di sekeliling saya berteriak dan ikut tersipu malu mendengar gombalan Bruno Mars.

Rayuan itu pun bukan hanya sekali. Ia beberapa kali menunjukkan pesonanya lewat tarian-tarian memikat dan tatapan mata yang intens kepada penonton.

Berbagai momen itu mengingatkan saya dengan awal mula nama Bruno Mars populer di kampung halamannya saat kecil. Pada masa itu, anak kecil bernama Bruno Hernandez menjadi topik hangat karena sangat mirip saat menirukan gaya Elvis Presley.

Aura itu tampaknya melekat selamanya dalam diri Bruno Mars, dan terbukti langsung ketika dirinya beraksi di hadapan ratusan ribu penonton di JIS.

Pertunjukan itu tentu tak lengkap jika Bruno Mars tidak mengajak penonton berkaraoke lewat lagu-lagu populernya. Ia membawakan Versace on the Floor, It Will Rain, Marry You, hingga Runaway Baby secara berurutan.

Sesi karaoke itu berlanjut saat medley lagu hit lain dinyanyikan Bruno Mars sambil bermain piano. Ia mengajak penonton menyanyikan Young, Wild & Free, Grenade, Talking to the Moon, Nothin’ On You, Leave the Door Open, bahkan Die With A Smile.

Saya agak menyayangkan karena lagu-lagu sejuta umat itu dinyanyikan sedikit saja. Namun, di sisi lain, saya mencoba memahami usaha Bruno Mars membawakan semua lagu populernya meskipun hanya sebagian.

Pertunjukan mulai menapaki bagian akhir saat Bruno Mars galau bareng penonton lewat lagu Talking to the Moon. Lagu ini mengakhiri sesi karaoke sekaligus menjadi kesempatan bagi penggemar untuk bergalau sekeras-kerasnya.

Tiga lagu hit kemudian dipilih sebagai senjata pemungkas Bruno Mars untuk mengakhiri hari pertama konsernya di Jakarta: Locked Out of Heaven, Just The Way You Are, dan Uptown Funk.

Trisula penutup yang terbukti ampuh di negara lain itu juga sama magisnya saat dibawakan di Indonesia. Penonton menghabiskan sisa energi mereka dengan berjingkrak-jingkrak selama tiga lagu penuh.

Hari pertama Bruno Mars Live in Jakarta itu pun berakhir dengan memuaskan. Sebagian besar penonton terlihat pulang dengan kegembiraan dan senyum lebar.

Pertunjukan Bruno Mars dari awal hingga akhir juga layak mendapatkan predikat bintang lima. Begitu pula dengan manajemen kerumunan di area venue yang relatif tidak banyak masalah.

Hanya saja, aliran udara di dalam lokasi konser memang cukup pengap dan gerah, meski saya pribadi tidak sampai merasa sesak.

Pengalaman menonton konser di JIS, lagi-lagi, masih dihantui momok perjalanan pulang yang memakan waktu lama. PR pengelola stadion ini ternyata belum juga tuntas meski sudah berkali-kali mendapat sorotan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *