Konser Tunggu Aku di Bandung menasbihkan Sheila on 7 sebagai salah satu grup musik yang tak lekang oleh zaman. Di atas panggung Stadion Si Jalak Harupat, Sheila on 7 tanpa sadar telah membuktikan alasan mereka layak mendapat predikat tersebut.
Sheila on 7 memiliki napas yang panjang di industri musik berkat banyak alasan. Sebagian penyebab itu saya saksikan sendiri saat menyaksikan pertunjukan penutup dari tur bertajuk Tunggu Aku Di tersebut.
Faktor pertama yang paling mencolok adalah betapa masifnya dukungan penggemar. Venue yang berada di sudut Kabupaten Bandung itu tumpah ruah fan yang akrab disapa SheilaGank.
Sebagian besar SheilaGank bahkan hadir sebagai komunitas yang terjamin loyalitas dan militansinya kepada Sheila on 7. Buktinya tampak dari betapa beragamnya domisili komunitas SheilaGank yang hadir di Bandung.
Saya melihat bendera-bendera SheilaGank dari Jabodetabek, Malang, Banyumas, Yogyakarta, Solo, Purwodadi, Bali, hingga Kendari.
Basis komunitas yang masif itu kemudian menyatu dengan kalangan penonton kasual. Jumlahnya pun tidak kalah banyak, mungkin mencapai belasan ribu dan berasal dari berbagai daerah.
Puluhan ribu penonton itu berkumpul untuk satu tujuan: menonton Duta, Eross, dan Adam beraksi membawakan lagu-lagu hit mereka selama lebih dari dua jam.
Ketiga musisi asal Yogyakarta itu membalas hajat penonton dengan suguhan yang solid, menawan, dan berkesan. Kualitas itu sudah ditunjukkan sejak lagu pertama berjudul Pagi yang Menakjubkan.
Animo penonton juga semakin tinggi ketika lagu-lagu populer Sheila on 7 mulai dibawakan, seperti Jadikanlah Aku Pacarmu (JAP), Film Favorit, hingga Bila Kau Tak Disampingku.
Penampilan prima Duta, Eross, dan Adam di posisi masing-masing didukung dengan eksekusi audio visual yang juga memuaskan. Pengalaman konser selama tur menjadi bekal bagi tim produksi untuk menyajikan pertunjukan nyaris tanpa celah.
Desain panggung konser itu dibangun sedemikian rupa demi mengakomodasi penonton di seantero stadion. Lima layar videotron di sekitar panggung dan satu layar lainnya di belakang FOH dipasang untuk menampilkan aksi Duta cs di panggung.
Layar itu juga dioptimalkan untuk menyuguhkan efek visual yang menyesuaikan tema. Sebut saja ketika lagu Film Favorit dimainkan, layar tersebut menampilkan adegan dari film Hollywood ikonis seperti Indiana Jones hingga Jurassic Park.
Kualitas audio yang dihasilkan juga cukup bagus, meski sesekali ada suara melengking dari mic dan kendala teknis kecil lainnya.
Perjalanan dua jam lebih antara Sheila on 7 dan ribuan penonton Tunggu Aku di Bandung lantas diwarnai dengan suguhan lagu hit dari berbagai album.
Setlist edisi ini didominasi lagu-lagu dari album Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000) serta album self titled (1999). Saya cukup menyayangkan karena lagu-lagu seperti Berai, Pasti Ku Bisa, Hujan Turun, hingga Lihat, Dengar, Rasakan tidak dibawakan.
Namun, secara garis besar, saya juga memahami setlist edisi Tunggu Aku di Bandung ini memang langkah terbaik untuk membuat semua penonton pulang dengan senang.
Hampir semua lagu yang dipilih sudah familier di telinga pendengar umum dan hafal di luar kepala bagi SheilaGank dan penggemar lainnya.
Pemilihan lagu ini lalu menciptakan pemandangan manis, karena nyaris tidak ada momen Duta mesti bernyanyi sendiri. Momen ini juga menjadi alasan lain yang membuat saya yakin Sheila on 7 tidak akan lekang zaman.
Sebab, riuh penonton yang ikut bernyanyi ternyata bukan hanya dari orang-orang seumuran Duta cs saja. Penonton dari generasi akhir 1990-an juga banyak yang fasih menyanyikan lagu Sheila on 7.
Bahkan, saya meyakini penonton kelahiran 2000-an juga bisa ikut berdendang setidaknya untuk separuh setlist. Hal ini menegaskan bahwa musik Sheila on 7 masih relevan dan secara natural menjadi anthem bagi generasi baru.
Penyebab lain yang mendukung Sheila on 7 tetap abadi adalah konsistensi para personelnya. Duta, Eross, dan Adam tetap mampu menawarkan aksi panggung yang menghibur dan stabil dari awal sampai akhir.
Kualitas suara Duta masih bagai keluar dari kaset karena identik dengan versi rekaman asli. Ia juga dengan luwes mengambil nada-nada tinggi dan berimprovisasi seperti biasa, meski setlist konser mencapai lebih dari 20 lagu.
Eross dan Adam tidak luput menampilkan aksinya sebagai gitaris serta bassis. Namun, lebih dari itu, penampilan ketiga personel Sheila on 7 sangatlah lepas dan tanpa beban sehingga penonton yang menyaksikan ikut menikmati dengan riang.
Tunggu Aku di Bandung semakin berwarna berkat diramaikan session player, termasuk putri sulung Duta bernama Aishameglio yang kembali gabung menjadi penyanyi latar.
Momen manis kian lengkap ketika Sakti, mantan gitaris Sheila on 7, ikut naik ke panggung untuk bereuni sambil membawakan single Temani Aku hingga Dan…
Pertunjukan memesona hingga lagu pemungkas berjudul Tunggu Aku di Bandung itu tetap saja memiliki catatan minor yang berasal dari aspek teknis.